Sunday, May 24, 2015

KRITIK DAN SARAN
 Kelompok mendapatkan pertanyaan dari teman dan dosen berupa kritik dan saran sebagai berikut.
Sinta. Umur berapakah anak yang kami ajarkan sains sederhana? Apakah mereka tidak bingung dengan penjelasan ilmiah yang kami berikan?
Kami menggunakan anak yang berumur enam sampai delapan tahun. Kami memberikan penjelasan ilmiah secara sederhana dan memakai kata-kata sederhana agar anak memahaminya. Setelah kami selesai menjelaska, kami menanyakan pada anak apakah mereka sudah mengerti atau belum dan meminta mereka menjelaskannya ulang, sehingga kami mengetahui jika anak-anak itu sudah paham.
Ilmy. apakah pembelajaran yang kami berikan terlalu tinggi?
Sebenarnya tidak. Karena pembelajaran yang kami berikan sederhana saja, seperti penggabungan warna yang hanya memberitahukan ada warna dasar yang jika disatukan dapat menghasilkan warna baru. Begitu pula dengan Teka-Teki Jeruk dan Kapur Barus Lompat hanya memperkenalkan konsep terapung dan tenggelam. Jika terapung maka bendanya ada di atas permukaan air dan jika di bawah maka benda ada di bawah atau dasar air. 
Dari pembelajaran yang kami berikan pada anak, kami berharap mereka dapat mendapatkan ilmu lebih dahulu dari teman-teman sekolahnya. tentu saja kelompok menyadari kalau anak belum mendapatkan ilmu seperti ini di sekolah mereka. Mengetahui bahwa anak yang kami ajar adalah murid kelas satu dan kelas dua SD, dan kami tahu bahwa belajar terapung dan tenggelam baru dipelajari pada kelas tiga SD. sehingga kami berharap anak yang kami ajarkan mendapatkan pengetahuan baru. jika mereka sudah belajar di Sekolah justru tidak ada gunanya kami mengajarkannya kembali. 

Bu Dina. Asik dan Seru menurut kelompok? apakah ada testimoni yang ditanyakan pada anak-anak?
pada proses pembelajaran, kelompok memang lebih asik sendiri daripada anak-anak yang diajarkan. Hal ini terjadi mungkin karena jumlah kelompok yang lebih banyak daripada anak-anak yang diajak belajar, sehingga anak-anak yang diajarkan cukup kaku. Apalagi selama proses pengajaran kami merekamnya, hal ini membuat anak-anak jadi tambah kaku. Sehingga kelihatan ditayangan video, mereka kurang nyaman.
Kelompok ada menanyakan testimoni kepada anak-anak, tetapi lagi-lagi kelompok asik sendiri, tidak menunggu jawaban dari anak-anak tersebut yang malu-malu dan bingung untuk menjawabnya. Sehingga akhirnya kelompok tidak mendapatkan jawa
Wednesday, April 8, 2015
Sonya Lirizky Akbar              10-048

HASIL EVALUASI
            Berdasarkan hasil dari film dan angket yang telah kelompok berikan kelompok mendapatkan hasil tentang konsep diri yang positif.  Film yang kelompok berikan berjudul Pursuit Of Happiness. Kelompok memasukan kedalam tiga kategori yaitu konsep diri yang tinggi, sedang dan rendah. Terdapat 22orang mahasiswa yang masuk ke dalam konsep diri yang sedang, kemudian ada 18 orang mahasiswa yang termasuk ke dalam konsep diri yang rendah sedangkan konsep diri yang tinggi tidak ada satu mahasiswa pun.
            Setelah menonton film yang diberikan oleh kelompok hanya ada 22 orang yang termasuk kedalam konsep diri positif yang sedang, yang artinya mereka belum bisa meahami diri mereka sendiri dengan baik sedangkan konsep diri yang rendah itu ada 17 orang yang mana sama sekali belum terbentuk konsep dirinya pada saat menonton film yang kelompok berikan.
            Namun ada kekurangan yang dimiliki oleh kelompok yaitu pembuatan aitem serta waktu menonton film. Aitem yang dibuat oleh kelompok tidak berhubungan dengan film  ysng di pertontonkan. Namun, film tersebut masih berkaitan dengan konsep diri. Kelompok membuat aitem berdasarkan teori konsep diri dari tokoh Donna L Wong dkk, 2009. Kemudian waktu menonton, waktu menonton sekitar 1 jam 58 menit sedangkan waktu dikelas hanya 2 sks yaitu 100 menit dan itu menyebabkan kebanyakan film dipercepat agar bisa dilihat sampai selesai. Kemudian tentang ice breaking yang diberikan dikelas kelompok tidak memberikan angka yang sesuai dengan jumlah kelompok yang ada di kelas sehingga agak membinggungkan ketika diberi instruksi.


Sunday, April 5, 2015

Sains Sederhana

Tugas Pembelajaran Pedagogik (Sains Sederhana)


Kelompok 1
Sonya Lirizki Akbar   (10-048)

LATAR BELAKANG
                Menurut Piaget (1972), anak berusia 6-10 tahun memasuki Tahap Operasional Konkret, ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan.  Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret.  Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang ada di dalam dirinya.  Karenanya kegiatan ini memerlukan proses transformasi informasi ke dalam dirinya sehingga tindakannya lebih efektif.  Anak sudah tidak perlu coba-coba dan membuat kesalahan, karena anak sudah dapat berpikir dengan menggunakan model "kemungkinan" dalam melakukan kegiatan tertentu.  Ia dapat menggunakan hasil yang telah dicapai sebelumnya.  Anak mampu menangani sistem klasifikasi.

Melalui sains, anak dapat melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak berpikir logis. Di dalam sains, anak juga berlatih menggunakan alat ukur untuk melakukan pengukuran. Alat ukur tersebut dimulai dengan alat ukur non-standar, seperti jengkal, depa, atau kaki dan dilanjutkan dengan alat ukur standar, seperti meteran dan timbangan. Anak secara bertahap berlatih menggunakan satuan yang akan memudahkan anak untuk berpikir secara logis dan rasional. Dengan demikian sains akan melatih anak untuk mengembangkan keterampilan proses sains, kemampuan berpikir logis, dan pengetahuan.

MANFAAT SAINS SEDERHANA
Eksplorasi dan investigasi yang merupakan kegiatan untuk mengamati dan menyelidiki objek serta fenomena alam. Mengembangkan ketrampilan proses sains dasar, seperti melakukan pengamatan, mengukur, mengkomunikasikan hasil pengamatan, dan sebagainya. Mengembangkan rasa ingin tahu, rasa senang dan mau melakukan kegiatan inkuiri atau penemuan. Memahami pengetahuan tentang berbagai benda baik ciri, struktur maupun fungsinya.

TEORI
Conant (dalam Usman, 2006: 1) mendefinisikan sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut. Carin & Sund (1989) mendefinisikan sains adalah suatu sistem untuk memahami alam semesta melalui observasi dan eksperimen yang terkontrol. Nash dalam bukunya The Nature of Science menyatakan bahwa ”Science is a way of looking at the world”. Jadi disini sains dipandang sebagai suatu cara atau metode untuk dapat mengamati sesuatu, dalam hal ini adalah dunia. Selanjutnya Nash mengemukakan bahwa cara memandang sains terhadap sesuatu itu berbeda dengan cara memandang biasa atau cara memandang filosof misalnya. Cara memandang sains bersifat analisis, melihat sesuatu secara lengkap dan cermat serta dihubungkan antara satu enomena dengan fenomena yang lain sehingga secara keselur uhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamati. Lebih lanjut ia menandaskan bahwa ”the whole science is nothing more than a refinement of everyday thinking”. Kalimat tersebut maksudnya adalah metode berpikir atau pola pikir sains tidak sama dengan pola pikir seharihari, di mana berpikirnya harus menjalani “refinement” sehingga cermat dan lengkap.
Nagel dalam bab pertama dalam buku Philosophy of Science Today karangan Sidney Morgenbesser mengemukakan sains dapat dilihat dalam tiga aspek, yaitu;
1. Aspek tujuan, sains adalah sebagai alat unstuck menguasai alam, dan memberi sumbangan kepada kesejahteraan manusia. Sebagai contoh: berbagai keuntungan yang didapat dari sains dan teknologinya di bidang kesehatan dan industri.
2. Aspek pengetahuan yang sistematik, dan tangguh dalam arti merupakan suatu hasil atau kesimpulan yang didapat dari berbagai peristiwa.
3. Aspek metode, metode sains merupakan suatu perangkat aturanaturan untuck memecahkan masalah, untuk mendapatkan hokum-hukum ataupun teori-teori dari objek yang diamati.

PELAKSANA
Pembelajar pada pembelajaran pedagogik ini adalah anak-anak berusia 5 sampai delapan tahun yang berjumlah empat orang. Seluruh anggota kelompok berperan sebagai pelaksana.

TEMPAT
Jl. Sei Mencirim Gg. Pribadi

WAKTU
Hari pertama:
Jumat, 24 April 2015
13.00 - selesai

Hari kedua:
Sabtu, 25 april 2015
13.00 - selesai

PELAKSANAAN
Hari Pertama:
Jenis Kegiatan:
1.      Perkenalan
Kelompok memperkenalkan diri pada anak-anak untuk membangun rasa percaya dan rasa nyaman selama kegiatan berlangsung. Perkenalan dibarengi dengan bertanya tentang hobi dan cita-cita anak.

2.      Penggabungan Warna
Anak mulai diberi pembelajaran sambil bermain mengenai penggabungan warna. Anak diharapkan dapat membedakan warna primer (merah, kuning, biru) dan warna sekunder (penggabungan warna primer). Anak juga dapat menyebutkan benda-benda sesuai warna yang akan disebutkan.

Alat dan bahan:
Plastik mika berwarna merah, kuning dan biru.
Kertas HVS putih
 Cara kerja:
Kertas HVS putih akan tempelkan mika kuning di atasnya, kemudian ditempelkan lagi mika biru diatasnya. Dan anak-anak disuruh menyebut warna apa yang tercipta antara penggabungan mika kuning dan biru.  Dengan langkah sama, mika merah ditempel lalu mika kuning juga ditempel diatasnya. Dan anak-anakpun  disuruh menyebutkan warna apa yang terlihat. Dan terakhir, mika merah di atas mika biru. Anak-anak juga disuruh sebut warna apa yang terlihat.
Ini merupakan penggabungan warna yang pertama, untuk lebih jelasnya lagi, kelompok akan menggunakan media lain untuk menjelaskan tentang penggabungan warna seperti berikut.

Alat dan bahan:
Gelas plastik bening (6 buah)
Air
Pewarna makanan merah, kuning, biru
 Cara kerja:
Isi 3 gelas plastik dengan air bening (tidak berwarna). Teteskan pewarna merah ke dalam gelas pertama, kuning ke dalam gelas kedua dan biru ke dalam gelas ketiga. Campurkan cairan merah dengan kuning, apa yang terjadi? Campurkan cairan merah dengan biru, apa yang terjadi? Campurkan cairan kuning dengan biru, apa yang terjadi?

Proses pelaksanaan:
Hari Jumat 24 april 2015 kami bergerak dari kampus sekitar jam 12 lebih dan tiba di lokasi sekitar pukul 13.00. Setibanya di lokasi yang mana merupakan rumah dari salah satu anggota kelompok yaitu Devi, kami langsung memanggil anak-anak yang akan kami ajarkan sains sederhana. Mereka adalah anak-anak yang tinggal di sekitaran rumah Devi. Anak-anak yang kami panggil berjumlah empat orang dengan rentang usia 5-8 tahun. Mereka bernama Balqis (5 tahun), Farhan (6 tahun), Mona (8 tahun) dan Fikri (8 tahun). Selanjutnya kami melakukan perkenalan dengan mereka dengan menanyakan nama masing-masing dan memperkanalkan diri kami juga. Tidak ada masalah yang berarti dalam proses perkenalan karena mereka adalah anak-anak yang termasuk mudah dekat dengan dan berbaur dengan orang lain. Setelah sesi perkenalan kami langsung masuk ke kegiatan yang akan dipandu oleh Mentari dan Icfadila. Kegiatan pertama adalah pengenalan dan penggabungan warna dengan kertas mika. Pertama-tama kami menunjukkan kertas mika berwarna merah, kuning dan biru kepada mereka dan menyuruh mereka menyebutkan warna-warna tersebut. Untuk warna-warna ini mereka masih bisa dengan mudah mengenali warnanya tetapi untuk anak-anak yang lebih kecil seperti Farhan dan Balqis masih agak kesulitan. Kemudian kami mulai menempelkan dua kertas mika dan menyuruh mereka menyebutkan warna-warna tersebut. untuk warna hijau yang digabungkan dari warna biri dan kuning mereka dapat dengan mudah mengenalinya, namun ketika kertas mika disatukan menjadi warna oranye dan ungu, mereka sedikit kebingungan. Lalu kami terus mengulanginya sehingga mereka dapat mengingat warna-warna tadi.
Selanjutnya, masih pengenalan dan penggabungan warna, kami mengganti bahan menjadi cat air. Di sini anak-anak lebih bersemangat karena dapat mencampur sendiri warna-warnanya. Kami mencampurkan air dan cat air berwarna merah, kuning, dan biru ke dalam gelas plastik dan mengajak mereka untuk mencampurkan dua warna ke satu gelas plastik secara bergiliran. Mereka terlihat lebih bersemangat dan untuk cara yang kedua ini mereka sudah mulai dapat mengenali pencampuran warna dengan mudah. Mereka juga kami beri kesempatan untuk mencampurkan dua warna cat pada selembar kertas dan menyuruh mereka menyebutkan warna yang dihasilkan. Mereka juga sudah bisa menyebutkan warna-warna yang mereka campur sendiri di kertas tadi. Kemudian kami menanyakan warna-warna kesukaan mereka dari warna-warna tadi. Mereka menyebutkan dan menunjuk warna kesukaan mereka dengan gembira.
Akhirnya kami mengakhiri kegiatan hari pertama dengan mengucapkan terimakasih dan memberikan snack kepada mereka sebagai tanda terimakasih.
 
Hari Kedua:
1.      Teka-teki Jeruk
Pada sesi ini, diharapkan anak akan mengenali posisi benda di dalam air (tenggelam dan terapung).
2.      Kapur Barus Lompat
Dalam sesi kedua ini, diharapkan anak akan mengenali posisi benda di dalam air (tenggelam, terapung, melayang).

Alat dan bahan:
Jeruk
Stoples
Air

Cara kerja:
Sediakan dua buah jeruk. Satu jeruk utuh dengan kulitnya, dan satu jeruk lagi dikupas kulitnya. Dan dibutuhkan stoples yang berisi air. Anak-anak disuruh menebak, jeruk utuh dengan kulitnya jika dimasukkan kedalam stoples yang berisi air akan terapung atau tenggelam. Begitu juga dengan jeruk yang sudah dikupas kulitnya. Kemudian kelompok akan memberikan penjelasan secara ilmiah kenapa jeruk yang ada kulitnya terapung dan jeruk yang dikupas kulitnya tenggelam.

Alat dan bahan:
Kapur barus berbentuk bola
Cuka
Soda kue
Air
Gelas
Sendok
 Cara kerja:
Isi gelas dengan air hingga tiga per empat bagian. Tuangkan dua sendok cuka dan dua sendok soda kue, kemudian aduk sampai merata. Ketuk-ketukkan kapur barus ke meja sehingga permukaannya yang halus menjadi kasar. Masukkan kapur barus ke dalam gelas. Apa yang terjadi?

Konsep Pertama kali kapur barus akan tenggelam karena lebih berat dibandingkan air. Kemudian akan tampak gelembung-gelembung di permukaan kapur barus. Gelembung tersebut adalah gas karbon dioksida yang dihasilkan larutan campuran cuka dan soda kue. Sifat gas karbon dioksida adalah lebih ringan dibandingkan air. Karena gas ini menempel pada kapur barus, maka kapur barus akan tampak seperti berlompatan.

Proses pelaksanaan:
Pada hari kedua tanggal 25 April 2015 jam 13.00, kami kembali berjumpa dengan anak-anak yang mengikuti kegiatan di hari pertama. Pada awal kegiatan di hari ini, kami sedikit menyinggung kegiatan yang telah kami lakukan di hari pertama. Kami menanyakan apa yang telah kami lakukan di hari pertama, yaitu mencampur warna dasar untuk menghasilkan warna baru. Kami menanyakan apakah mereka ingat warna apa yang harus dicampur untuk menghasilkan warna tertentu.
Lalu setelah pembukaan, kami mulai menjelaskan eksperimen apa yang akan kami lakukan hari ini. Yaitu "Teka Teki Jeruk" dan "Kapur Barus Lompat". Kami membagi kegiatan menjadi dua sesi.
Pada sesi pertama, yaitu eksperimen "Teka-teki Jeruk", anggota kelompok yang bertugas menjelaskan kegiatan adalah Devi dan Agnes. Mulanya, kelompok memperkenalkan bahan yang digunakan. Yaitu jeruk dan stoples berisi air. Kelompok memperlihatkan sebuah jeruk bulat yang utuh dengan kulitnya dan sebuah jeruk yang kulitnya sudah dikupas. Kemudian kelompok menanyakan jika jeruk dimasukkan ke dalam stoples berisi air, apakah jeruk tersebut tenggelam. Semua anak menjawab kedua jeruk tersebut akan tenggelam. Lalu kelompok menyuruh dua anak untuk memasukkan sendiri jeruk tersebut. Pertama jeruk yang sudah dikupas kulitnya, ketika tenggelam, kelompok memuji ternyata tebakan anak-anak benar. Lalu ketika jeruk yang belum dikupas kulitnya dimasukkan dan ternyata mengapung, anak-anak terlihat heran. Anak yang kelompok suruh untuk memasukkan jeruk tersebut ke dalam air bahkan menekan untuk memaksa jeruk agar tenggelam. Kemudian kami menjelaskan apa yang terjadi pada jeruk tersebut. Setelah itu, kami menguji lagi, menanyakan jeruk mana yang akan tenggelam dan mengapung jika dimasukkan ke dalam air, dan membiarkan mereka mengujinya sendiri.

Sesi kedua adalah "Kapur Barus Loncat".
Sebelum memulai sesi kedua, kelompok mengajak anak-anak memakan beberapa jeruk yang telah dibawa, lalu melanjutkan eksperimen kedua. Eksperimen ini dipandu oleh Sonya dan Mentari. Sama seperti sesi pertama, anak-anak dijelaskan bahan yang digunakan dan menanyakan apakah anak-anak tau apa itu kapur barus, cuka, dan soda kue. Kelompok memperkenalkan kapur barus, cuka, dan soda kue beserta gunanya. Kemudian kelompok mengisi gelas dengan air hingga tiga per empat bagian, menuangkan dua sendok cuka dan dua sendok soda kue, kemudian mengaduknya sampai merata, kapur barus diketukkan ke meja sehingga permukaannya yang halus menjadi kasar. Eksperimen dicontohkan oleh kelompok baru menyuruh anak memerhatikan dan mencobanya sendiri di depan kelompok. Akhirnya setelah sesi kedua selesai, maka selesai percobaan hari kedua, begitu pula kegiatan sains sederhana ini.
Pada penutupan, kelompok mereview sedikit bagaimana kegiatan yang telah dilakukan, menanyakan apa saja yang telah mereka tau. Akhirnya, kelompok mengucapkan terima kasih atas kemauan anak-anak untuk mengikuti kegiatan, dan membagikan snack untuk mereka.

3.      Penutup
Setelah semua sesi sains sederhana yang kami buat selesai, maka kami memberikan kata penutupan kepada anak-anak yang telah mengikuti program kami ini.


Tanggal
Kegiatan
Rincian Pelaksana

Hari Pertama (24 April 2015)
1.      Perkenalan
2.      Penggabungan Warna

1.      Semua anggota memperkenalkan diri
2.      Penjelasan: Icfadila & Mentari. Pengawasan: Sonya & Agnes. Video: Devi.

Hari Kedua (25 april 2015)
1.      Teka-Teki Jeruk
2.      Kapur Barus Lompat
3.      Penutup
1.      Penjelasan: Devi & Sonya. Pengawasan: Mentari & Agnes. Video: Icfadila.
2.      Penjelasan: Agnes & Mentari. Pengawasan: Icfadila & Devi. Video: Sonya
3.      Semua anggota memberikan kata penutup.


PERINCIAN BIAYA
Hari pertama:
Kertas mika 3 lembar: Rp 1.500,-
Kertas HVS 3 lembar: Rp. 1.000,-
Cat air: Rp 15.000,-
Reward: Rp 4.000,-/ anak (Rp 4.000,- x 4) = Rp 16.000,-
Jumlah: Rp 33.500,-
Hari kedua:
Kapur barus: Rp 12.000,-
Cuka: Rp 7.000,-
Soda kue: Rp 4.500.-
Jeruk: - (dibawa anggota kelompok dari rumah)
Reward: Rp 4.000,-/ anak (Rp 4.000,- x 4) = Rp 16.000,-
Jumlah: Rp 39.500,-
TOTAL:  Rp 33.500,- + Rp 39.500,- = Rp 73.000,-

HASIL
Sains sederhana yang kami lakukan antara lain mengenai penggabungan warna dasar, teka-teki jeruk dan kapur barus lompat. Adapun tujuan kami memberikan sains sederhana ini adalah agar anak mengetahui warna dasar dan apabila warna dasar digabungkan akan menghasilkan warna baru. Awalnya anak-anak tidak terlalu tertarik dengan pengabungan warna menggunakan plastik mika, tetapi ketika medianya menggunakan cat dan anak-anak diminta untuk berpartisipasi langsung, mereka antusias untuk mencampurkan warna dan senang ketika mendapatkan warna baru. Kemudian keesokan harinya kita lebih akrab dengan anak-anak. Mereka tidak malu-malu lagi untuk menjawab ketika ditanya. Pada  teka-teki jeruk, anak-anak diminta untuk menerka apakah jeruk akan terapung atau tidak. Kemudian anak-anak diminta untuk memasukkan jeruknya kedalam wadah yang telah disediakan bersama-sama dan melihat hasilnya. Kemudian kami memberikan penjelasan secara ilmiah kenapa hal itu bisa terjadi. Kemudian lanjut ke kapur barus lompat, menanyakan kepada anak-anak apa yang akan terjadi pada kapur barusnya, dan mempraktikkannya. Kemudian menjelaskan secara ilmiah kenapa kapur barusnya bisa lompat. Anak-anak sangat senang kami ajak belajar sambil main seperti ini. Di akhir kamipun memberikan reward berupa makanan ringan kepada anak-anak sebelum penutupan. Diharapkan dari sains sederhana yang kami lakukan akan menambah pengetahuan anak-anak karena praktek sains sederhana seperti ini belum tentu dilakukan di sekolah dasar.
Wednesday, April 1, 2015

Revisi Modul Andragogi

MODUL ANDRAGOGI
MEMBANGUN KONSEP DIRI POSITIF
O
L
E
H
Kelompok 6
SonyaLirizky Akbar     (101301048)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015

A.      Pendahuluan
Setiap manusia dilahirkan dalam serba tergantung terhadap orang tua maupun orang-orang yang berada di lingkungannya karena naluri dan fungsinya belum berkembang secara sempurna lalu berusaha menjadi pribadi yang mandiri. Mengembangkan potensi diri dapat dimulai dari mengenal dirinya terlebih dahulu. Bastaman (2007) menyatakan bahwa mengenali dan memahami diri sangat bermanfaat untuk mengembangkan potensi-potensi dan segi-segi positif serta mengurangi segi-segi negative masing-masing pribadi, memahami sumber dan pola dari masalah-masalahnya serta lebih menyadari apa sebenarnya yang didambakan selama ini. Makna hidup inilah yang akan membimbing seseorang untuk belajar menerima dan menghargai dirinya berdasarkan nilai-nilai yang diyakini dan dianggap berharga oleh mereka.
Konsep diri adalah bagaimana individu menggambarkan dirinya sendiri. Sitilah konsep diri mencakup konsep keyakinan dan pendirian yang ada dalam pengetahuan seorang tentang dirinya sendiri yang mempengaruhi hubungan individu tersebut dengan orang lain (Donna L Wong, dkk, 2009). Sedangkan ahli lain berpendapat bahwa konsep diri merupakan persepsi diri tentang aspek fisik, sosial, dan psikologis yang di perolah individu melalui pengalaman dan interaksinya dengan orang lain. Konsep diri terbentuk dari pengalaman dan interaksi kita dengan orang-orang terdekat dalam kehidupaan kita (Darmawan, 2009).

B.       Konsep Diri
Pengertian Konsep Diri
Menurut Sunaryo (2004) konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh, menyangkut fisik, emosi, sosial dan spiritual. Dari pengertian-pengertian ahli tersebut dapat di simpulkan bahwa konsep diri adalah cara individu menggambarkan dirinya sendiri secara utuh baik fisik maupun psikis yang di peroleh melalui pengalaman hidup dan interaksi dengan lingkungannya.
Hurlock (1999) mengartikan, konsep diri sebagai gambaran diri tentang aspek fisiologis maupun psikologis yang berpengaruh pada perilaku individu dalam penyesuaian diri dengan orang lain. Sejauh mana individu menyadari dan menerima segala kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya, maka akan berpengaruh terhadap pembentukan konsep dirinya. Konsep diri juga merujuk pada gambaran tentang peran yang kita lakukan yang terbentuk sebagai hasil dari makin banyak atau seringnya kita berinteraksi dengan orang lain (Agustiani, 2006).
Menurut Burns (1982), konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri. Sedangkan Pemily (dalam Atwater, 1984), mendefisikan konsep diri sebagai sistem yang dinamis dan kompleks diri keyakinan yang dimiliki seseorang tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan, persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang unik dari individu tersebut. Sementara itu, Cawagas (1983) menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahannya, kelebihannya atau kecakapannya, kegagalannya, dan sebagainya.
Konsep diri adalah evaluasi individu mengenai diri sendiri; penilaian atau penaksiran mengenai diri sendiri oleh individu yang bersangkutan (Chaplin, 2000). Hurlock (1990, dalam Hutagalung, 2007)) mengemukakan bahwa konsep diri dapat dibagi menjadi dua, yaitu (1) konsep diri sebenarnya, merupakan konsep seseorang tentang dirinya yang sebagian besar ditentukan oleh peran dan hubungan dengan orang lain serta persepsinya tentang penilaian orang lain terhadap dirinya. (2) konsep diri ideal, merupakan gambaran seseorang mengenai keterampilan dan kepribadian yang didambakannya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah gamabaran dan evaluasi individu mengenai diri sendiri atau pribadinya secara utuh tentang aspek fisiologis maupun aspek psikologis dalam penyesuaian diri dengan orang lain.
Ciri – Ciri Konsep Diri Positif
Sheerer (dalam Cronbach, 1963) memformulasikan ciri-ciri konsep diri positif yang selanjutnya mengarah pada penerimaan diri individu, sebagai berikut:
a.       Mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya dalam menghadapi kehidupan yang dijalaninya,
b.      Menganggap dirinya berharga sebagai seorang manusia yang sederajat dengan manusia lainnya,
c.       Mampu menempatkan dirinya pada kondisi yang tepat sebagaimana orang lain, sehingga keberadaannya dapat diterima oleh orang lain,
d.      Bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya,
e.       Menyadari dan tidak merasa malu akan keadaan dirinya,
f.       Kelemahan yang dimilikinya tidak membuatnya menyalahkan dirinya sendiri, sebagaimana ia mampu menghargai setiap kelebihannya,
g.      Memiliki obyektivitas terhadap setiap pujian ataupun celaan, dan
h.      Tidak mengingkari atau merasa bersalah atas dorongan-dorongan emosi yang ada pada dirinya.
Komponen-Komponen Konsep Diri
Menurut Sunaryo (2004) terdapat lima komponen konsep diri yaitu gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran diri dan identitas diri. Kelima komponen tersebut akan di jelaskan sebagai berikut:
  1. Gambaran diri adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik secara sadar maupun tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, sera persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk tubuh.
  2. Ideal diri adalah persepsii individuu tentang perilakunya, di sesuaikan dengan standar pribadi terkait dengan cita-cita, harapan, dan keinginan, tipe orang yang di idam-idamkan, dan nilia yang di ingin di capai
  3. Harga diri adalah penilian individu terhadap hasil yang di capai dengan cara menganalisis seberapa jauh perilaku individu tersebut sesuai denga ideal. Harga diri dapat di peroleh melalui orang lain dan diri sendiri.
  4. Peran diri adalah pola perilaku, sikap, nilai dan aspirasi yang di harapkan individuberdasarkan posisinya di masyarakat.
  5. Identitas diri adalah kesadaran akan diri pribadi yang bersumber dari pengamatan dan penilaian, sebagai sintesis semua aspke konsep diri dan menjadi satu kesatuan yang utuh.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri
Argy dalam (Hardy dan Hayes, 1998) mengatakan bahwa konsep diri di pengaruhi oleh empat faktor yaitu:
1.      Reaksi dengan orang lain
Cooley (dalam Hardy dan Hayes, 1998) membuktikan bahwa dengan mengamati pencerminan perilaku diri sendiri terhadap respon yang di berikan oleh orang lain maka individu dapat mempelajarinya dirinya sendiri. Orang-orang yang memiliki arti pada diri individu sangat berpengaruh dalam pembentukan konsp diri.
2.      Perbandingan dengan orang lain
Konsep diri yang di miliki individu sangat tergantung kepada bagaimana cara individu membandingkan dirinya dengan orang lain.
3.      Peranan individu
Setiap individu memainkan peranan yang berbeda-beda pada setiaap peran tersebut individu di harapkan akan melakukan perbutan dengan cara-cara tertentu pula. Harapan-harapan dan pengalaman yang berkaitan dengan peran yang berbeda-beda berpengaruh terhadap konsep diri seseorang.
4.      Identifikasi terhadap orang lain
Kalau seorang anak mengagumi orang dewasa maka anak sering kali mencoba menjadi pengikut orang dewasa tersebut dengan cara meniru beberapa nilai dan keyakinan dan perbuatan. Proses identifikasi tersebut menyebabkan individu merasakan bahwa dirinya telah memiliki beberapa sifat dari yang di kagumi.

C.      Metode
Metode yang digunakan adalah metode diskusi dengan menampilakan video. Menurut Hasibuan (1985), diskusi adalah suatu proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar-menukar informasi, mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah. Video yang ditampilkan tentang motivasi yang berkaitan dengan kosep diri seseorang. Dimana video ini diasumsikan dapat membantu dalam meningkatkan konsep diri seseorang.

D.      Alat Bantu
Metode diskusi dengan menampilkan sebuah video pastinya membutuhkan beberapa alat bantu agar setiap individu dapat melihat video dengan jelas dengan suara yang jelas pula. Alat bantunya yaitu LCD Projector dan sound systemLCD Projectordigunakan untuk menampilkan video yang lebih besar dan jelas sedangkan sound systemdigunakan untuk memperkuat output suara yang lebih keras/besar.

E.     Sampel
Dalam proses belajar dan mengajar, maka diperlukan peserta dan pengajar. Adapun sampel yang kami pilih adalah seluruh mahasiswa mata kuliah andragogi tahun 2015.

F.     Waktu dan Tempat
Dalam proses belajar orang dewasa itu sendiri tidak terlepas dari sarana dan prasarana yang dibutuhkan agar proses belajar lebih maksimal. Adapun sarana yang kami gunakan adalah ruangan 2.B.6 Fakultas Psikologi USU. Sedangkan waktunya yaitu pada hari Kamis, 2 April 2015 pukul 11.00 wib.

G.    Evaluasi
Salah satu indikator keberhasilan suatu pendidikan dapat dilihat dari hasil belajar atau evaluasi. Evaluasi adalah suatu proses dalam menentukan tujuan pengajaran. Maka evaluasi yang kami gunakan adalah dengan menyebarkan angket. Angket tersebut berisikan 6 pernyataan dengan alternatif jawaban setuju dan tidak setuju.

H.      Manfaat Konsep Diri Positif
Mencintai dan menyayangi diri sendiri
Diri kita adalah unik, yang telah di ciptakan Tuhan dengan berbagai macam kelebihan dan kekurangan. Mencitai dan menyayangi diri sendiri berarti kita mencintai apa yang telah Tuhan berikan kepada kita. Wujud dari kecintaan kita terhadap diri sendiri adalah dengan memperlakukan dan menjaga diri ini dengan baik dari hal-hal yang bisa merusak diri. Dengan begitu kita akan senantiasa terdorong untuk melakukan sesuatu hal yang psositif dalam hidup
Berpikir positif
Cara berpikir kita mengendalikan sikap, tindakan dan hidup kita. Pikiran positif akan mendorong kita untuk tetap optimis, pantang menyerah, dan barani menghadai resiko dan tantangan. Selain itu pikiran positif juga akan menjadikan hidu kita lebih tenang.
Memperbaiki kualitas hubungan dengan orang lain
Dalam menjalin hubungan dengan orang lain, kita harus senantiasa meningkatkan kualitas hubungan tersebut. Peningkatan kualitas hubungan yang kita ciptakan menandakan bahwa kita telah mampu berpikir dewasa. Perlu di ingat juga kualitas pergaulan juga sangat di tentukan dengan siapa kita bergaul. Untuk itu pintar-pintarlah kita memilih pergaulan, karena salah bergaul akan memberikan pengaruh negatif buat diri kita. Dari itu bergaulan dengan orang yang memiliki kecerdasan dan perilaku yang baik. Selain itu perbaiki juga hubungan kita dengan orang-orang terdekat kita dan hindarilah  pertentangan.
Bersikap proaktif
Proaktif sering di katakan sebagai kemampuan mengambil sebuah inisiatif tindakan. Namun perlu di katahui sebenarnya proaktif tidak hanya sekedar insiatfi tapi labih dari itu. Proaktif juga memahami dengan jeli permasalahan yang dihadapinya dengan kaca mata nilai yang akurat dan tidak semata mengikuti perasaan. Proaktif ini meliputi banyak hal seperti proaktif dalam melawan hawa nafsu, proaktif dalam memberantas kebodohan diri, proktif memupuk motivasi, proaktif dalam belajar, proaktif dalam menolong orang yang membutuhakan dan lain sebagainya.
Menjaga keseimbangan hidup
Hidup itu harus penuh dengan keseimbangan, tidak bisa rasanya kita hanya mementingkan salah satu faktor tertentu dalam hidup. Kita harus tahu betul bagaimana menjalani setiap akstivitas dalam kehidupan. Jangan sampai kita memporsikan satu kegiatan secara berlebihan. Untuk mencapai keseimbanga ini, sebainya kita menyusun sebuah agenda kegiatan dan skala proritas sehingga kita benar-benar bisa melakukan suatu hal sesuai dengan kebutuhan yang ada, tidak berlebihan dan seimbang.

Sumber :
Bastaman. H.D. 2007. Logoterapi : Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih
Hidup Bermakna
. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
.
Burns, RB. 2003. Konsep Diri: Teori, Pengukuran, Perkembangan, dan Perilaku. Jakarta: Penerbit Arcan
Nova Anissa (2012). Hubungan Antara Konsep Diri Dan Kematangan Emosi Dengan Penyesuaian Diri Istri Yang Tinggal Bersama Keluarga Suami” vol. 1 No. 1. Fakultas Psikologi Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Hurlock, E.B. 1999. Perkembangan Anak Jilid 2 Edisi keenam (alih bahasa : Tjandrasih dan
Zarkasih) . Jakarta : Erlangga.
Hutagalung, Inge. 2007. Pengembangan Kepribadian. Jakarta: PT Indeks.
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

About Me

My Photo
10048 Sonya Lirizky Akbar
View my complete profile
Powered by Blogger.

Followers